JURNAL MODUL 1.4


BUDAYA POSITIF

OLEH: R. SITI NURHASANAH

Salam Guru Penggerak. Kembali lagi dengan saya R. Siti Nurhasanah, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 6  dari SMPN 1 Pagaaden Kabupaten Subang. Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang apa yang sudah saya lakukan pada pendidikan Guru penggerak di materi Modul 1.4 yaitu tentang Budaya Positif.  Seperti biasa saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul 1. 4 ini dalam artikel ini dengan model refleksi 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway.

PERISTIWA

Memulai dengan kegiatan Mulai Dari Diri, saya mempelajari sub modul dengan tujuan pembelajaran khusus mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di sekolah. Kemudian dilanjut ke sub modul Eksplorasi konsep yang mencakup beberapa bagian yaitu : Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, dan yang terakhir Segitiga Restitusi.

Pada Awal Oktober 2022 kami bertemu di ruang kolaborasi yang didampingi dengan fasilitator Ibu Rani kami membahas tentang beberapa kasus murid yang ada di sekolah. Kami dibagi menjadi 3 kelompok   untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan menyelesaikan kasus tersebut dengan segitiga restitusi, serta menjelaskan posisi kontrol. 

Harapan setelah mempelajari  modul ini adalah  calon guru penggerak akan mampu menjadi motor penggerak perubahan budaya positif di satuan Pendidikan masing-masing dengan berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan agar tercipta ekosistem sekolah yang lebih berpihak pada murid sesuai dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara.


PERASAAN/FEELING

Perasaan saya selama mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif ini adalah senang dan semakin termotivasi untuk lebih bersemangat dalam menjalankan pendidikan guru penggerak. Selain itu saya juga berusaha semaksimal mungkin dalam menerapkan dan menjalankan budaya positif yang diterapkan di kelas dan di sekolah. Dimulai dari penetapan keyakinan dan kebijakan kelas yang disepakati dan ditaati oleh seluruh murid di kelas masing-masing. Dulu saya memposisikan diri pada posisi control pemantau dan penghukum sekarang belajar berada posisi control manager dalam penyelesaian permasalahan murid. Ini adalah pengalaman belajar yang sangat penting.


PEMBELAJARAN

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 adalah bahwa sebagai calon guru penggerak harus mampu menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam penerapan budaya positif disekolah yaitu posisi kontrol sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas. Kenapa dengan segitiga restitusi? karena restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). 

Dan saya merasakan hal tersebut memang benar, menyelesaikan masalah dengan hukuman tidak menyelesaikan masalah justru membuat keadaan semakin rumit. Segitiga restitusi adalah penyelesaiannya. Dengan segitiga restitusi masalah selesai dengan damai dan anak-anak pun tidak kehilangan identitas mereka, justru mereka Kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

PENARAPAN 

Setelah mempelajari modul 1.4 ini yaitu tentang budaya posistif maka saya lebih paham tentang Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol,mTeori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, Segitiga Restitusi. Perubahan yang saya rasakan adalah saya merasa harus tergerak, bergerak dan menggerakkan orang-orang yang ada di sekitar saya untuk segera mengetahui materi yang saya dapatkan ini. Hal yang akan saya lakukan untuk melakukan perubahan yang positif dengan lebih memperhatikan kebutuhan peserta didik, menggunakan posisi kontrol sebagai manager dalam menangani kasus siswa, menerapkan segitiga restitusi dan selalu menganalisis secara reflektif dan kritis penerapan budaya positif disekolah dengan berkolaborasi dengan warga sekolah dan berbagai pemangku kepentingan, meskipun hal tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar karena melakukan perubahan yang sudah menjadi kebiasaan tidak lah mudah. Tapi kita harus bergerak menuju perubahan yang lebih baik.


Salam dan Bahagia.



Comments