PRAKTIK BAIK GURU BELAJAR

 

KOLABORASI ADALAH JALAN YANG TERBAIK




 Saya Raden Siti Nurhasanah, Biasa di panggil bu Raden atau sebutan inisial RS.  Saya mengajar  di SMP Negeri 1 Pagaden, Kecamatan Subang, Jawa Barat.  Sudah beberapa tahun ini saya mengajar kelas IX.  Ketika Corona melanda,  kami sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan Ujian Nasional Online. Banyak sekali yang harus kami persiapkan karena sekolah kami baru pertama kali menyelenggarakan Ujian Nasional secara online. 

 Sebagai guru Bahasa Inggris, saya ingin murid-murid saya dapat menguasai Bahasa Inggris melalui pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga mereka dapat menghadapi UN dengan percaya diri.  Menghadapi tantangan ini, saya mulai menggunakan beberapa aplikasi di internet seperti You Tube dan Quipper School.  

 Waktu itu saya belum tahu istilah Blended Learning. Yang saya pahami adalah bahwa saya harus  mengajar dengan cara yang menyenangkan dan menjadikan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran favorit.  Ini tidak mudah, karena  saya tinggal di kota kecil dan mengajar di daerah pedesaan. Murid-murid saya banyak yang menganggap Bahasa Inggris tidak penting.  Sulit sekali untuk memberi motivasi belajar kepada mereka.

 Pada tahun 2016 saya mendapat pengalaman berharga tentang Blended Learning juga tentang  Kolaborasi antara Guru dan orang tua ketika saya mengikuti  Program Peningkatan Profesi Guru di Australia Selatan tepatnya di kota Adelaide.  Saya melihat disana sistem pendidikan  sudah sangat modern.  Semua kegiatan terhubung dengan internet. Absen siswa sudah sistem online dan orang tua bisa memantau kegiatan belajar anaknya  setiap hari. Waktu itu saya hanya bisa berdecak kagum dan berbisik dalam hati “mungkinkah ini bisa diterapkan di negaraku?”

 Ternyata di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Tak harus lama menungggu.  Tiba-tiba sistem pendidikan di negara kita pun berubah total.  Awal Maret diinstruksikan semua sekolah tutup. Siswa harus belajar di rumah dan guru harus membuat Pembelajaran jarak jauh.  Saya yang sudah terbiasa menggunakan aplikasi Quipper melanjutkan pembelajaran jarak jauh tanpa mendapat hambatan.  Untuk berkomunikasi dengan siswa saya menggunakan Whatsapp. Tugas yang saya berikan dikerjakan dengan baik dan di kirim lewat WA.  Alhasil, HP saya pun ngadat karena kapasitas memori yang overload.  

 Pada awal tahun ajaran baru 2020, sekolah memutuskan untuk menyeragamkan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh.  Sekolah menginstruksikan untuk menggunakan Google Classroom dan Google Meet. Setelah tiga bulan menjalani pembelajaran jarak jauh, banyak sekali hambatan dan kesulitan yang dialami guru maupun siswa.  Guru mengajar daring sesuai jadwal dan murid harus mengerjakan tugas hampir semua mata pelajaran.  Hal ini sangat memberatkan  kedua belah pihak. 

 Beruntung saya mengikuti Program Guru Belajar dari Kemdikbud.  Program ini membantu saya memecahkan persoalan tadi.  Ya, dengan adanya Merdeka belajar.  Merdeka Belajar menerapkan design strategi pembelajaran yanag bermula dari kemerdekaan belajar guru  menjadi kemerdekaan belajar pada murid. Merdeka belajar mempunyai prinsip: 

  • Berpusat pada murid
  • Proses bersifat Iterasi
  • Cita, rasa dan cakupan belajar

 Dengan  strategi belajar yang berpusat pada murid, sekolah harus dapat memahami profil murid; dengan cara memetakan  3 faktor : Minat, cara belajar, pekerjaan orang tua.  Dalam rangka memetakan 3 faktor tersebut, saya mengawali strategi pembelajaran dengan melakukan assesment non kognitif melalui sebuah  survey kecil-kecilan ;

 Hasil Survey :

 Siswa yang didampingi orang tua ketika BDR = 67%

Siswa yang senang Belajar lewat daring           = 57%

Aplikasi yang paling disenangi untuk PJJ          = 1. Whatsapp  73%

                                                                                2. Google Classroom 63%

                                                                                3. Google Meet 45%

                                                                                4. You Tube  22%

 Pekerjaan orang tua mayoritas pedagang dan petani 

 

Pertanyaan yang saya ajukan antara lain:

 “ kesulitan atau kendala apa yang kamu temui ketika melaksanakan PJJ?”

 

Respon:

 “ jaringan lemah,kuota kurang”,

 “terkadang ada kekurang paham saat guru menjelaskan” 

 “sinyal suka menghilang gak jelas,kaya dia')😂”

 “Suka susah masuk,jaringan nya jelek,dll”

 “penjelasan kurang jelas,mohon maaf jika lancang tapi saya merasa belajar seperti ini sulit di mengerti,semoga covid 19 segera berakhir aamiin”

 “Ketika di beri tugas membuat video susah untuk di kirim lewat classroom”

 “kuota juga terbatas  Tidak mengerti karena yang guru jelaskan tidak seperti guru yang menjelaskan ketika d sekolah,hanya sedikit yang saya pahami”

 “Susah banget kalo ada daring kuota tidak ada keungan keluarga saya kritis”

 “Menurut saya kendala yg sulit ketika belajar di rumah, yaitu sinyal kurang kuat , penjelasan dari guru kurang masuk ke otak artinya kurang jelas agak sulit dipahami , kalo tatap muka biasa Alhamdulillah bisa dimengerti , tugas terlalu banyak karena menurut saya dan teman seperjuangan saya , waktu sebelum ada bantuan kuota agak susah tapi yg belum dapat masih ada , kami inginnya belajar di sekolah karena lebih jelas, dan juga bisa saling bersosialisasi , terimakasih wassalamu'alaikum” 

 “ketika melaksanakan daring melalui google meet,terkadang sinyal nya jelek sehingga suara bapak/ibu guru tidak terdengar jelas dan wajah ibu/bapak guru nya tidak kelihatan atau bisa dibilang tidak ada gambar wajah bapak/ibu gurunya,jadi apa yang di jelaskan terkadang kurang mengerti,itu kesulitan saya ketika melaksanakan PJJ”

 “Kesulitannya tidak cukup banyak sih buu, tapi kendala nya banyak sekali buu, contoh: nyuci baju, cuci piring dan telat bangun, jadi waktu mengerjakan nyaa tergesah gesah, jadi takut telat mengumpulkan pada waktu tertentu”

 “Suka susah sinyal, kuota yang dari pemerintah itu secara kaya yang tidak terpakai karna informasi dari classroom atau pun apk belajar lain gada informasi nya jadi saya suka ketinggalan daring”

 “Sulit buat mengikuti meeting di google meet,karna saya sering membantu orang tua saat bekerja di pasar”

 “HP yh suka di bawa ayah kerja, tapi kalo daring di pake saya untuk belajar”

 ” 1. Kendala signal pada saat pembelajaran berlangsung secara online 2. Sulit memahami materi 3. Tidak bisa melakukan beberapa pembelajaran yang mengharuskan praktek 4. Dituntut untuk mempunyai barang elektronik untuk pembelajaran (HP, laptop)”

 “kendala nya,pasti akses kuota internet yg kurang mendukung,sedangkan uang jajan tida di berikan.Lantas untuk dpt membeli kuota hrs bagaimana? Sedangkan kuota internet yg d berikan pihak sekolah sudah hampir habis”

 “Materi yang sulit dipahami,dan deadline yang suka berbenturan dengan mapel lain di dalam waktu yang sama.Mohon maap kami sebagai pelajar merasa terbebani atas daring ini dan saya harapkan pembelajaran tatap muka segera diperbolehkan.Karena daring membuat para pelajar tidak bisa memahami materi yang diberikan.”


    Setelah saya memahami keinginan siswa, saya berkolaborasi dengan orang tua untuk menentukan langkah selanjutnya. Yang saya lakukan pertama kali adalah mengumpulkan nomor handphone orang tua dan membentuk grup Whatsapp.  Adanya grup wali siswa ini ternyata mempunyai pengaruh yang cukup signifikan.  Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan orang tua pun menjadi paham akan kebutuhan belajar anaknya.

 

Siswa yang tergolong pintar lebih menyukai pembelajaran dalam bentuk daring menggunakan Google Meet atau Google Classroom.  Siswa yang biasa-biasa saja memilih menggunakan Whatsapp.  Dan banyak juga yang lebih senang mengerjakan LKS atau tugas luring.  Agar setiap siswa mendapat hak belajar, saya mengkombinasikan kegiatan pembelajaran antara daring dan luring. 


MEMBERDAYAKAN KONTEKS

 Rencana Pembelajaran Jarak Jauh (RPP Daring) saya susun sesuai dengan kriteria 5 M salah satunya adalah memberdayakan konteks.  Berdasarkan kurikulum darurat Covid 19, RPP harus disusun sesederhana mungkin dan  disesuaikan dengan kondisi siswa.  Kali ini saya mengambil kompetensi dasar Teks khusus dalam label produk. Kompetensi ini bertujuan siswa dapat  memahami  dan menangkap makna  teks khusus dalam bentuk label, dengan meminta dan memberi informasi terkait obat/makanan/minuman, sesuai dengan konteks penggunaannya.

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN: 

 

Kegiatan diawali  dengan membuka chat melalui WA grup. Guru menyapa siswa dan mengajak berdoa bersama agar diberi keselamatan dan bebeas dari pandemi corona. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa dengan melihat siapa saja yang menjawab salam di chat tersebut.  

 

Selanjutnya guru memberi motivasi dan menjelaskan tujuan dari materi yang akan di berikan.  Agar siswa tidak bosan, guru mengirim tayangan video tentang materi teks label khusus dalam bentuk label produk obat, makanan dan minuman. Semua siswa menonton video yang hanya berdurasi kurang dari 10 menit.

 

Setelah siswa selesai menonton video, guru mengundang siswa untuk hadir dalam video conference melalui aplikasi  google meet.  Guru memberi kesempatan pada  siswa untuk bertanya atau memberi komentar tentang isi video yang diberikan.  Siswa mendiskusikan isi video dan guru memberikan tanggapan.

 

Guru memberi  penjelasan lebih rinci menggunakan media realia dengan memperlihatkan contoh produk obat, makan dan minuman. Siswa merespon dengan baik karena kemasan produk-produk itu dapat ditemukan disekitar mereka dan digunakan sehari-hari. 

 

Guru menyuruh siswa untuk melihat sekitar mereka dan mencari kemasan produk  untuk mengidentifikasi teks label pada  kemasan tersebut.  Siswa menemukan produk yang ada disekitar mereka seperti bedak, hand santizer, susu, kopi dan lain-lain. Siswa kemudian menganalisis teks yang terdapat pada label tersebut.  Kemudian mengomukasikan teks label yang mereka dapatkan dalam WA grup .

 

Guru menyimpulkan materi dan memberi tugas kepada siswa untuk membuat gambar teks label dan mengirimkan tugas tersebut di Google Classroom atau WA chat.

 

Setelah beberapa hari menunggu, tugas yang terkumpul sekitar 75%.  Saya menginformasikan hal ini kepada wali murid dan menanyakan permasalahan yang siswa hadapi. Saya menemukan masih ada siswa yang tidak memiliki perangkat yang mendukung pembelajaran menggunakan Google Classroom atau Google meet. Untuk memudahkan mereka, saya persilahkan siswa-siswa tersebut untuk mengirim tugas tersebut di luar jaringan. Dengan bantuan dan kerjasama orang tua dalam memantau siswa sedikit demi sedikit masalah pun teratasi.  Semoga siswa-siswa kita semakin terbiasa untuk memamfaatkan fasilitas internet dan teknologi ssehingga kita tidak ketinggalan jauh dari negara lain.  Dan semoga pandemi ini cepat berakhir.

Comments