MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL!
HIDUP GURU!
HIDUP PGRI!
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Salam sejahtera rekan-rekan guru dimanapun berada. Semoga kita senantiasa ada dalam lindungan Allah SWT. Hari ini tanggal 2 Mei 2020, hari ke 8 di bulan Ramadhan yang bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Sudah lebih dari satu bulan kita menghadapi wabah Virus Covid-19. Kebijakan pemerintah mengharuskan kita untuk tetap dirumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah. Saya banyak membaca info-info seputar Virus ini dan dampaknya terhadap kehidupan dan pendidikan Indonesia. Banyak masyarakat yang mengeluh terutama menghadapi sistem pendidikan dengan kebijakan baru yang membuat para guru dan orang tua sakit kepala.
Saya sebagai guru berusaha agar proses pembelajaran tetap berlangsung sehingga siswa tidak ketinggalan pelajaran. Sebenarnya wabah ini menyimpan banyak hikmah yang dapat kita ambil pelajaran. Sejak saya bekerja dari rumah, saya merasa kreatifitas saya sebagai guru semakin tergali. Saya jadi lebih banyak belajar menggunakan IT. Tuntutan pembelajaran online membuat saya tahu apa itu google classroom, aplikaasi Zoom, membuat soal di Google Form, dan melakukan pengembangan diri seperti mengikuti pelatihan-pelatihan online.
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, PGRI mengadakan WEBINAR bekerjasama dengan Mahir Academy dan Narasumber-narasumber terkenal. WEBINAR ini bertema SELF DRIVING FOR TEACHER. Tujuan webinar ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas guru Indonesia agar lebih kreatif dan inovatif. Guru bisa bekerja sama dengan orang tua dan siswa dalam menciptakan dan memamfaatkan media yang ada dan bergerak bersama melawan wabah virus dan wabah kemalasan. Jangan sampai anak didik kita menjadi generasi rebahan yang tidak tahu apa-apa dan tidak melakukan apa-apa.
Teknologi internet sudah bisa kita nikmati sejak dua puluh tahun yang lalu. Tapi masyarakat Indonesia belum menggunakan internet dengan maksimal. Sebagian orang yang punya uang bisa dengan mudah membeli gadget tapi baru menggunakannya sebatas untuk hiburan dan kesenangan. Dunia pendidikan pun belum menggunakan internet secara menyeluruh. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki WEBSITE dan fasilitas internet. Saya teringat ketika saya mengikuti program Pengembangan Guru Profesional di Australia Selatan tepatnya di kota Adelaide. Kota Adelaide merupakan kota kecil sebelah selatan Australia. Banyak hal yang membuat saya takjub ketika berada disana salah satunya adalah komputerisasi. Setiap sekolah sudah dilengkapi dengan fasilitas internet gratis. Dimanapun kita berada pasti ada jaringan WI-FI. Mulai dari pendaftaran sekolah, absen siswa, sumber belajar, cara pengumpulan tugas bagi siswa, perangkat guru, sampai laporan pendidikan untuk orang tua dapat di akses melalui internet. Mereka menyebutnya "PAPERLESS". Bahkan mereka berencana menutup perpustakaan konvensional dan menggantinya dengan E-Book. Waktu itu saya berfikir, mungkinkah ini bisa diterapkan di Indonesia? Apakah sekolah akan mendukung? Bagaimana dengan orang tua? Masih banyak lagi pertanyaan dalam benak saya.
Benar apa yang dikatakan Bapak Renald Kasali dalam webinar tadi pagi bahwa sebuah kesulitan akan memaksa manusia untuk berubah. Kita dipaksa untuk merubah sistem oleh virus covid 19. Dalam menghadapi perubahan itu, kita sebagai guru perlu punya komitmen untuk memulai perubahan dan konsisten menjalaninya. Jangan pernah takut dengan kesulitan. Karena kesulitanlah yang dapat menempa manusia. Wabah ini telah merubah sistem pendidikan di Indonesia menjadi pembelajaran jarak jauh. semua pihak mau tidak mau harus mengikutinya. Untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh, diperlukan metode baru, berbeda dengan sistem tatap muka yang biasanya mengandalkan ceramah dan interaksi langsung. Karena kita baru menjalankan sistem ini, banyak pihak yang keberatan terutama dari pihak orang tua. Berbagai keluhanpun bermunculan.
Dalam pidato sambutannya Bapak Menteri Pendidikan mengatakan bahwa covid-19, membuat orang tua sadar dan paham betapa berat tugas guru dalam mendidik siswanya. Ya, sekarang ini peranan guru terpaksa harus diambil alih oleh orang tua, yang sebenarnya memang tugas orang tualah yang utama untuk mendidik anak. Pembelajaran jarak jauh tidak bisa di jalankan oleh guru tanpa kolaborasi dan dukungan dari orang tua dan siswanya sendiri. Saya sendiri mempunyai pengalaman menyenangkan di awal pembelajaran jarak jauh. Ada orang tua siswa yang antusias menanyakan tugas yang harus dikerjakan anaknya. Sehingga siswa tersebut dapat mengumpulkan tugas tepat waktu. Tapi sering juga mendapatkan siswa yang mengeluh tidak punya kuota sehingga tidak bisa mengerjakan. Semoga para orang tua dapat memprioritaskan kebutuhan belajar anak di masa sekarang ini. Karena kita tidak tahu sampai kapan pembelajaran jarak jauh ini akan berlanjut.
Guru harus lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran online sehingga siswa tidak merasa jenuh dan terbebani. Ketika saya memberi tugas mengenai "Learning Song Lyric" saya tidak menyuruh mereka mengerjakan LKS. Saya menyuruh mereka mencari lagu berbahasa Inggris yang mereka sukai di YOUTUBE lalu mereka harus mencari maknanya. Kemudian mereka menyanyikan lagu tersebut dan mengirim rekaman nya lewat whatsapp Voice. Siswa-siswa saya saya senang. Mereka sangat antusias. Seperti yang dikatakan Pak Renald, belajar adalah bermain. Dari bermain, kita belajar. Jangan jadi guru yang kaku. Ajaklah siswa untuk menyukai belajar. Biarkan mereka berekspolarasi. Bersatu dengan alam dan mendapat pengalaman baru. Mereka tidak hanya belajar mengingat tetapi juga belajar mengevaluasi dan mencipta (Higher Order Thinking Skills).
Ada hal menarik yang saya tangkap dari materi Pak Renald Kasali tentang mendidik anak mau dijadikan burung dara atau Rajawali? Burung dara adalah burung piaraan yang kita beri ikat pada kakinya dengan tujuan burung itu selalu berada tidak jauh dari kandang. Burung dara harus dikasih makan karena tidak bisa mencari makan sendiri. Beda dengan Rajawali yang sudah biasa bebas. Dia bisa pergi kemana saja dan bisa mencari makan sendiri. Begitu juga dengan mausia. Jika kita mendidik dengan cara mengekang kebebasannya, selalu menyuapi dan menuntunnya, maka dia tidak ubahnya seperti burung dara. Dia akan selalu tergantung pada kita dan tidak bisa hidaup mandiri.
Saya Ingin bercerita sedikit tentang anak-anak saya. Anak kedua saya adalah ABK (anak berkebutuhan khusus). Sejak saya tahu dia "lain", saya ajarkan dia untuk mandiri sejak kecil. saya biarkan dia makan sendiri walaupun berantakan. Saya biarkan apapun yang ingin dia kerjakan walaupun rumah menjadi seperti kapal pecah. Saya hanya mengawasi dan memberi contoh. Sekarang dia menjadi anak yang paling mandiri diantara anak-anak saya yang saya anggap 'normal'.
Manuasia ketika belajar pertamanya TERPAKSA kemudian DIPAKSA menjadi BISA sehingga akhirnya menjadi MAHIR
(Renald Kasali)
mantul peserta nomor 20
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteSip
ReplyDeleteMantab buk..
ReplyDeleteKereeen.
ReplyDeleteLengkap, boleh ya sy jadikan referensi,. maklum sy belum buat, hehehe
ReplyDeletenamanya siapa ya?
ReplyDeleteRaden Siti Nurhasanah, S.Pd om jay, maaf baru buka blog lagi
Delete