KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1


 REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN NASIONAL

Penulis : Raden Siti Nurhasanah, S.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 6


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam dan bahagia. 

Hallo bapak ibu guru hebat, perkenalkan saya Siti dari SMPN 1 Pagaden, Subang, Jawa Barat. Saya akan menguraikan materi Modul 1.1 Pendidikan  Guru Penggerak Angkatan 6 tahun 2022. 

Sebelum saya mengikuti pendidikan Guru Penggerak, saya mengajar secara konvensional seperti ceramah dan penugasan biasa. Saya kurang memperhatikan kebutuhan peserta didik dan kurang memahami karakter dari setiap peserta didik yang saya ajar. 

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, saya menyadari pentingnya memahami peserta didik dan perlunya menerapkan sistem pengajaran yang memerdekakan murid. Berikut adalah kesimpulan dari Modul 1.1.

Eksplorasi Konsep

1. Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini

Pendidikan Indonesia di zaman Kolonial tentu saja berbeda dengan pendidikan Indonesia di masa kini. Perbedaan yang mencolok ini adalah berkat lahirnya pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menginginkan perubahan radikal dalam sistem pendidikan dan pengajaran Indonesia. Zaman Kolonial yang dapat mengeyam pendidikan hanya pribumi yang akan bekerja sebagai Pegawai pemerintah dan masyarakat dari golongan tertentu. Sedangkan di masa kini setiap orang mempunyai hak yang sama dalam pendidikan. Video Pendididkan zaman kolonial 


2. Kerangka Pemikiran KHD

Pemikiran KHD dipengaruhi oleh metode Montesorri dan Frobel. Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan. Sedangkan Frobel  mendjaikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak- anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih diperintah.

3. Pemikiran Ki Hajar Dewantara Mengenai Pendidikan



Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD), pengajaran  adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

 “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. 

KHD ingin mewujudkan manusia yang merdeka. Manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.  "Menuntun" diibaratkan seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia seutuhnya.

Menurut KHD, pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20.

KHD juga menekankan pendidikan Budi Pekerti. Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

Link berikut adalah hasil penugasan kelompok pada ruang Kolaborasi yang membahas tentang Pemikiran KHD.  Presentasi Kelompok



REFLEKSI

Setelah mempelajari filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa saya harus merubah metode pembelajaran dari yang tadinya teacher centered menjadi student centered atau pembelajaran yang berfokus pada murid. Saya harus belajar bagaimana cara mengajar yang menyenangkan, kreatif, sesuai dengan kebutuhan murid dan dapat menjadi penuntun yang dapat mengarahkan murid ke gerbang kebahagiaan di mana kini maupun masa depan.  Tugas guru sebagai pembimbing untuk mengoptimalkan potensi murid.
Saya mulai menerapkan pembelajaran berbasis IT untuk menyesuaikan kebutuhan murid sesuai dengan kodrat zamannya. Siswa tidak lagi dilarang untuk membawa perangkat seluler tetapi justru di himbau agar membawa perangkat tersebut untuk menunjang pembelajaran. Di setiap akhir pembelajaran murid mulai terbiasa untuk membuat resume dan refleksi menggunakan telepon pintar mereka dan mengkomunikasikannya kepada guru dan publik melalui link yang disediakan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.
Contoh Resume yang dikirim siswa:

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi dan bermanfaat. Wasalam dan terima kasih.


Comments