Pengalaman OmJay

KISAH PAHIT DITOLAK PENERBIT


Omjay (wijaya Kusuma) adalah seorang guru sekaligus blogger terkenal. Beliau aktif di PGRI dan telah banyak menerbitkan buku. Omjaya juga penggemar acara TV "Kick Andy" lho. Beliau terinspirasi dari kisah orang-orang sukses. 

Wabah virus Corona menjadi jalan bagi saya untuk mengenal sosok beliau. Diawali dengan bergabungnya saya menjadi salah satu peserta Grup WA   nya yang spektakuler yaitu  Grup Belajar Menulis. Grup ini diikuti oleh ratusan guru dari seluruh pelosok negeri. Saya sangat beruntung berkesempatan mengikuti kelas online ini. Ditengah wabah yang mengkhawatirkan dan banyak membuat orang menjadi stress, saya bisa mengisi waktu dan mengenal  guru-guru hebat se-Indonesia.  Disela-sela kesibukan saya sebagai guru dan ibu rumah tangga, saya berusaha untuk terus mengikuti kuliah-kuliah di grup karena Omjay selalu menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten dan profesional.  

Kebetulan pada  hari ini narasumber berhalangan hadir, maka omjay lah yang mengisi kuliah. Beliau berkenan berbagi pengalaman tentang kisahnya ditolak penerbit mayor. Berikut ini kisah sedihnya (walau sedih tapi tetap bercanda :D)

"Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi. Namun perlu anda ketahui. Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.
Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.
Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya , saya minta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati. Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak  habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya. Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun.  Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca. Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca. Saat itu saya semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji. Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah. Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini".

Mengapa penerbit menolak? karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja, hehehe

Menngapa memilih jadi penulis? karena pekerjaan menulis adalah pekerjaan menuju keabadian. kita sdh mati tapi buku kita abadi, contoh karya buya hamka Kisah ini telah dibukukan dandisimpan dalam blog omjay. https://www.kompasiana.com/wijayalabs/5e3d398dd541df37136d9dc2/ketika-bukumu-ditolak-penerbit.  Sampai sekarang omjay masih fokus untuk menulis buku motivasi dan kisah inspiratif karena buku ini masih banyak pembelinya.  Pertama menerbitkan buku , dulu saya kirimkan dalam bentuk cetak dan dijilid, setelah itu saya tawarkan ke penrbit, tapi sekarang penerbit yang cari saya, sehingga saya cukup kirim email saja ke penerbit

Bagaimana menanamkan motivasi agar tidak hilang semangat menulis? Berkali-kali  kita gagal, lekas bangkit dan cari akal, berkali kita jatuh, lekas berdiri jangan mengeluh, jadilah guru tangguh berhati cahaya. 

Belajarlah  dari Rasuilullah; sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah.  Belajarlah dari pengalaman orang lain dan buku-buku yang sudah menjadi best seller, niscaya akan terbuka rahasia menulis buku dan menjadi penulis sukses.

Terima kasih Omjay. Semoga ilmu yang dibagikan kepada kami menjadi amal jariyah di kehidupan keabadian. Aamiin. 


Comments

  1. mantap omjay teruslah bergerak maju pantang mundur

    ReplyDelete
  2. Mantab. Tulisannya. Om Jay memang pantang mundur

    ReplyDelete
  3. Mantap, terus berkarya dan terus menginspirasi

    ReplyDelete
  4. Mantap, teruslah berkarya dan terus menginspirasi.

    ReplyDelete

Post a Comment